Beberapa waktu lalu saya bersama beberapa rekan melakukan perjalanan untuk melepas penak dan lelah dari rutinitas sehari hari. Kami sepakat tujuan kali ini harus merupakan sebuah perjalanan yang berawal dari suatu obsesi, keinginan yang sudah lama terpendam yang ingin direalisasikan. Beberapa tempat yang menjadi tujuan utama bermunculan dari tiap tiap diri kami, setelah berembuk akhirnya kami sepakat tujuan kami yang juga merupakan obesesi yaitu BROMO.
Perjalanan kami dimulai dari stasiun gambir, kami berangkat dengan menumpang kereta bisnis jurusan Jakarta Kota hingga stasiun tujuan akhir yaitu Surabaya Pasar Turi. Sebenarnya ada beberapa pintu masuk untuk mencapai pegunungan Tengger dan Kawah gunung bromo, pintu masuk tersebut antara lain melalui arah selatan yaitu dari kota malang menuju ke desa tumpang namun jalur ini cukup sulit dan cocok bagi orang orang yang berjiwa petualang, tetapi jika kita melewati jalur ini kita akan disuguhkan misteri pemandangan lain dari Kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) yaitu hamparan padang rumput/ savanna yang sangat bertolak belakang dari sisi lain TNBTS yang berupa Padang Pasir Luas. Pintu jalur masuk selain melalui Malang-Tunpang yaitu melewati Probolinggo - CemoroLawang yang merupakan desa terakhir sebelum TNBTS di desa cemorolawang inilah kita akan menjumpai masyarakat asli suku tengger yang Menurut sejarahnya, masyarakat Tengger merupakan orang-orang dari Kerajaan Majapahit yang eksodus ketika Majapahit runtuh , jalur Probolinggo-cemorolawang adalah jalur yang termudah dan memiki sarana prasarana yang cukup bagi para pengunjung pemula yang ingin mencapai kawah gunung bromo. Jalur probolinggo – cemorolawang inilah yang kami pilih untuk mencapai TNBTS.
Perjalanan dengan kereta pun berakhir dengan tiba di Stasiun Surabaya Pasar Turi pagi hari tepat sesuai jadwal yang di tentukan, perjalanan pun dilanjutkan dengan menumpang bis menuju terminal besar Surabaya (terminal Purabaya) yang terletak di daerah Bungurasih. Dari terminal Purabaya ini perjalanan dilanjutkan kembali dengan menaiki bis Patas tujuan Probolinggo. Di sepanjang perjalanan kami sempat tersentak ketika melewati daerah Porong Sidoardjo, lokasi semburan lumpur yang sudah bertahun tahun belum juga terpecahkan masalahnya. Kami heran ketika kami banyak melihat spanduk spanduk yang bertuliskan “WISATA LUMPUR PORONG-SIDOARDJO”, heran dan bertanya Tanya apakah ini bentuk protes warga atau memang menjadi kesempatan untuk mengais rupiah oleh masyarakat sekitar semburan lumpur tersebut. Beberapa KM pun kami tempuh akhirnya kondektur meneriakan bahwa sebentar lagi kami akan tiba di terminal probolinggo.
Sempat bingung ketika tiba di terminal probolinggo, sepi dan panas terik itulah sensai pertama yang kami rasakan, dengan sigap kami pun bertanya dengan beberapa abang-abang becak yang saling berebut menawarkan kami jasa becaknya. Nampaknya mereka sudah mengetahui kemana tujuan kami bukan jawaban yang kami dapatkan dari pertanyaan kami namun kami langsung diantarkan kesisi jalan lain di terminal tersebut dimana tampak angkutan angkutan yang berupa ELF (truk kecil yang dimodif untuk kendaraan penumpang) yang siap mengantar kami ke cemorolawang.
Ya kami pun sudah duduk manis di dalam elf menunggu sang supir untuk menjalankan tunggangannya secara detail perjalanan Probolinggo-cemorolawang adalah Probolinggo – Tongas – Lumbang – Sukapura – Ngadisari – Cemoro Lawang – Gunung Bromo. Memasuki daerah Sukapura udara mulai menipis, hawa sejuk mulai terasa, jalan pun mulai berkelok-kelok dan menanjak, pohon kapuk dan jati banyak dijumpai di sepanjang jalan. Sedangkan ketika memasuki Ngadisari – Cemoro Lawang banyak terdapat tanaman sayur seperti daun bawang, kubis dan jagung. Dan ketika memasuki Cemoro Lawang, pohon cemara banyak tumbuh di daerah ini. Itulah mengapa masyarakat disini menyebutnya cemoro lawang, yang artinya pintu cemara.
Setibanya di cemorolawang kami disuguhi pemandangan yang sangat menakjubkan hamparan padang pasir, kawah yang banyak mengeluarkan asap, gunung batok terlihat jelas dari tempat kami menginap, dari sini kita menyadari bahwa inilah kekuasaan Tuhan YME, inilah karya Tuhan dia menunjukan Kekuasaan dan Kehebatan-Nya, kita hanyalah makhluk kecil dan tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan Dia. Mata tidak pernah bosan untuk melihat ke bawah jurang penginapan kami, namun kami harus segera beristirahat karena besok pagi hari sekitar Pukul 03.30 pagi kami akan menaiki Jeep untuk membelah padang pasir bromo untuk mencapai Gunung Penanjakan dimana menurut kata orang disanalah View terbaik untuk melihat Sunrise (matahari Terbit) dan melihat ke araha TNBTS dengan leluasa akan tampak Pengunungan Tengger dan Gunung dengan puncak tertinggi di dataran jawa Gunung Semeru.
Jarak tempuh menuju lokasi ini mencapai 30 menit setelah Hardtop yang dikendarai melintasi jalur gurun pasir sepanjang 2,5 kilometer hingga ke kaki bukit. Dari pintu masuk Gunung Pananjakan, Hardtop akan terus mengerang menuju puncak selama kurang lebih 15 menit. Setiba di lokasi view kita akan disuguhkan pemandangan yang lebih menakjubkan lagi dan lagi lagi kita akan tersadar inilah kebesaran-Nya. Tepat pukul 06.30 setelah matahari sudah keluar dari peraduannya jeep pun kembali turun dan menyelam di lautan pasir untuk mengantrakan kami menuju trek kawah gunung bromo, setiba di areal parkir penduduk banyak menawarkan kuda kuda sebagai sarana kita untuk mencapai kawah bromo, tetapi jika kita ingin sedikit merasakan beratnya pendakian kita bisa saja memilih berjalan hingga kawah bromo. Sesaat sebelum tiba di kaki kawah bromo kita akan melewatkan Pure tempat peribadatan yang luar biasa berada pada lokasi yang menakjubkan dan menambah takjub pemandangan di sekitar gunung bromo Tiba di kaki kawah bromo setalah melakukan sedikit perjalanan yang mendaki atau sekitar 2 Km kita akan memanjat tangga yang menurut penduduk ada sekitar 250 anak tangga dan diujung anak tangga itulah kita dapat melihat kawah gunung bromo.
Ya waktu menunjukan pukul 08.00 jeep pun sudah kembali ke penginapan, kami pun tertegun akhirnya bromo sudah kami taklukan, dari omongan orang, melihat kilasan gambar di jejaring internet dan hingga akhirnya kami pun membuktikan memang wisata dan pemandangan yang sangat luar biasa yang ditawarkan oleh TNBTS selebihnya biar gambar yang berbicara. Trims… (FAH)
Sebagai informasi inilah resume rute perjalanan serta biaya yang dikeluarkan :
- Jakarta – Surabaya, KA Gumarang Kelas Bisnis @ Rp 140.000,
- St. Surabaya Pasar Turi – Terminal Purabaya (bungurasih) , Bis Kota @ Rp 3.500,-
- Terminal Purabaya (Bungurasih) – Terminal Probolinggo, Patas AC @ Rp 23.000,-
- Terminal Probolinggo – Cemorolawang, ELF(angkutan Pedesaan) @ Rp 25.000,-/ carter Rp 200.000,-/ per mobil
- Penginapan Per malam Rp 75.000,- S.d. Rp 550.000,- (tergantung fasilitas)
- Penginapan – Gunung Penanjakan - Gunung Bromo – Penginapan, Jeep Hardtop @ Rp 80.000,-/ carter satu jeep Rp 275.000,-
- Areal Parkir – Kaki Kawah/ sebaliknya. Kuda @ Rp 20.000,-/ Rp 35.000,- (tergantung nego)
0 komentar:
Posting Komentar